Kamis, 15 Desember 2011

Binta Present " RAMAH TAMAH"

FORZA HIMASI

    • When
      Friday, 23 December 2011
    • Time
      17:00 until 22:00
  • Where
    Halaman Kampus F-ITB UTY
  • Description
    Binta Present . .
    Tema : " Menjalin silaturahmi sebagai semangat segar menuju UTY Maju"
    Acara : nonton bareng, diskusi (bersama pihak kampus, seluruh UKM F-ITB UTY, mahasiswa umum F-ITB UTY), Bakar jagung, pembagian sertifikat. Free accoustic music. 100% free for mahasiswa F-ITB UTY just come and get it

Rabu, 14 Desember 2011

"STUDY BANDING ROAD TO MALANG"

FORZA HIMASI
Tema Kegiatan:"Meningkatkan 
semangat keakraban,jaringan dan 
wawasan mahasiswa"

Tujuan:
1.Mengunjungi pabrik rokok 
Bentoel
2.Mengunjungi Universitas Brawijaya
3.Wisata malam di Batu Night Spectaculer (BNS)


Kontribusi:untuk mahasiswa umum F-ITB UTY Rp 225.000
Untuk Informasi dan Pendaftaran lebih lanjut  dapat menghubungi Contact person di 087838242667 atau langsung mengunjungi Stand kami yg akan dibuka mulai hari Kamis 1 desember 2011,,,

Pasar Tradisional Vs Pasar Moderen * (Study Kasus Pasar Tempel) **

FORZA HIMASI Keadaan pasar sekarang sangatlah berbeda dengan 2 tahun sebelumnya dimana banyak sekali pembeli yang berasal dari masyarakat sekitar bahkan penduduk perkotaan pun ikut meramaikan pasar ini. Sekarang keadaannya sudah sangat berubah dimana pasar sunyi terhadap pembeli. (Mbo Solima)

Berbeda dengan pasar modern, pasar tradisional sejatinya memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional.

Namun, selain menyandang keunggulan alamiah, pasar tradisional memiliki berbagai kelemahan yang telah mendasar sehingga sangat sulit untuk diubah. Faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi penjualan, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern.Hali ini juga yang dialami pasar tradisional di tempel (pasar tempel),kurangnya perhatian pemerintah sehingga menjadikan pasar tradisional ini sangat terabaikan. Sehingga pertumbuhan ekonomi masyarakat pun semakin terpuruk. Pasar yang merupakan tempat bagi masyarakat sekitar dalam mencari dan memenuhi kebutuhannya tidak lagi sejalan dengan apa yang diharapkan segalanya seakan sirna termakan zaman. Pasar tradisional di tempel kalah dalam persaingan merebut konsumen,dengan kemunculan pasar-pasar modern disekitar pasar tradisional ini misalnya: alfamaret,indomaret,superindo dan lainnya perlahan-lahan mematikan aktivitas di pasar tradisional ini (pasar tempel)

Ketika konsumen menuntut ’nilai lebih’ atas setiap uang yang dibelanjakannya, maka kondisi pasar pasar tradisional yang kumuh, kotor, bau, dengan atmosfir seadanya dalam jam operasional yang relatif terbatas tidak mampu mengakomodasi hal ini. Kondisi ini menjadi salah satu alasan konsumen untuk beralih dari pasar tradisional ke pasar modern. Artinya, dengan nilai uang yang relatif sama, pasar modern memberikan kenyamanan, keamanan, dan keleluasaan berbelanja yang tidak dapat diberikan pasar tradisional.

Kondisi ini diperburuk dengan citra pasar tradisional yang dihancurkan oleh segelintir oknum pelaku dan pedagang di pasar misalnya ada premanisme, pedagang nakan dan lainnya. Maraknya informasi produk barang yang menggunakan zat kimia berbahaya serta relatif mudah diperoleh di pasar tradisional, praktek penjualan daging oplosan,terdapat barang-barang dan makanan yang telah berakhir umur ekonomisnya (kadarluasa) serta kecurangan-kecurangan lain dalam aktifitas penjualan dan perdagangan telah meruntuhkan kepercayaan konsumen terhadap pasar tradisional ini.

Di Negara kita pun demikian Indonesia pada kenyataannya adalah negara dengan mayoritas konsumen berasal dari kalangan menengah ke bawah. Kondisi ini menjadikan konsumen Indonesia tergolong ke dalam konsumen yang sangat sensitif terhadap harga. Ketika faktor harga rendah yang sebelumnya menjadi keunggulan pasar tradisional mampu diruntuhkan oleh pasar modern, secara relatif tidak ada alasan konsumen dari kalangan menengah ke bawah untuk tidak turut berbelanja ke pasar modern dan meninggalkan pasar tradisional.

yang kita lihat sekarang ini. Eksistensi pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat.Keberadaan pasar modern di Indonesia akan berkembang dari tahun ke tahun. Perkembangan yang pesat ini bisa jadi akan terus menekan keberadaan pasar tradisional pada titik terendah dalam 20 tahun mendatang. Pasar modern yang notabene dimiliki oleh peritel asing dan konglomerat lokal akan menggantikan peran pasar tradisional yang mayoritas dimiliki oleh masyarakat kecil dan sebelumnya menguasai bisnis ritel di Indonesia.

Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya langkah nyata dari pedagang pasar agar dapat mempertahankan pelanggan dan keberadaan usahanya. Para pedagang di pasar tradisional harus mengembangkan strategi dan membangun rencana yang mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan konsumen sebagaimana yang dilakukan pasar modern. Jika tidak, maka mayoritas pasar tradisional di Indonesia beserta penghuninya hanya akan menjadi sejarah yang tersimpan dalam album kenangan industri ritel di Indonesia dalam waktu yang relatif singkat.Pertarungan sengit antara pedagang tradisional dengan perusahaan ritel raksasa merupakan fenomena umum era globalisasi. Jika Pemerintah tak hati-hati, dengan membina keduanya supaya sinergis, Dampak Pasar Modern justru akan membuat semua pedagang tradisional mati secara sistematis.

* tulisan ini dibawakan pada diskusi harian Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesi Cabang Yogyakarta, 09 Desember 2011.
** tulisan ini sebagai hasil praktik analisis soasial dalam latihan kepemimpinan kader PMKRI Yogyakarta. September 2011.
*** penulis adalah mahasiswa ekonomi universitas teknologi Yogyakarta dan aktivis pmkri yogyakarta. (Mario Wiran, 2011)

Minggu, 27 November 2011

Seuntai Nasehat Untuk Insan yang Bijaksana

FORZA HIMASI
Jangan kamu ingat kebaikan yg km berikan utk org lain,tapi ingatlah kebaikan yg orang lain berikan untukmu. Segala sesuatu memiliki keindahannya, bahkan kegelapan dan kesunyian. Aku belajar, apapun situasiku, disanalah aku harus tetap bertumbuh. Tahun ibarat pohon, bulan-bulan laksana cabangnya, hari-hari sebagai rantingnya, jam-jam sebagai daunnya dan nafas kita sebagau buahnya. Barang siapa yang nafasnya selalu dalam ketaatan, maka orang itu telah menanam pohon yang baik. Kejujuran adalah perhiasan jiwa yang lebih bercahaya daripada berlian Belajar tanpa berpikir tidak ada gunanya, sedangkan berpikir tanpa belajar adalah berbahaya. Cinta kepada Allah adalah puncaknya cinta. Lembahnya cinta adalah cinta kepada sesama. Keluhuran budi pekerti akan tampak pada ucapan dan tindakan. Ulurkan cintamu karena Tuhanmu dan tariklah cintamu karena Tuhanmu, anda tentu tak akan kecewa. Cinta indah seperti bertepuk dua tangan, tak akan indah jika hanya sebelah saja. Naluri berbicara kita akan mencintai yang memuja kita, tetapi tidak selalu mencintai yang kita puja. Kenali kesalahan-kesalahan Anda dan belajarlah darinya, namun jangan pernah berkutat di dalamnya. Orang Bodoh tidak pernah belajar dari kegagalannya. Orang Pandai belajar dari kegagalan yang ia perbuat dan ia memperbaikinya. Orang Bijak belajar dari kegagalan orang lain Gagal dan Sukses merupakan Satu paket menuju Sukses. Gagal hari ini bisa jadi Sukses Esok Hari. (Ridwan Azim, 2011)

Dimana kita menemukan kebahagiaan?


Konon pada suatu waktu, Tuhan memanggil tiga
malaikatnya.
Sambil memperlihatkan sesuatu Tuhan berkata, “Ini
namanya Kebahagiaan. Ini sangat bernilai sekali. Ini dicari dan
diperlukan oleh manusia. Simpanlah di suatu tempat supaya
manusia sendiri yang menemukannya. Jangan ditempat yang
terlalu mudah sebab nanti kebahagiaan ini disia-siakan. Tetapi
jangan pula di tempat yang terlalu susah sehingga tidak bisa
ditemukan oleh manusia. Dan yang penting, letakkan
kebahagiaan itu di tempat yang bersih”.
Setelah mendapat perintah tersebut, turunlah ketiga malaikat
itu langsung ke bumi untuk meletakkan kebahagiaan tersebut.
Tetapi dimana meletakkannya? Malaikat pertama mengusulkan,
“Letakan dipuncak gunung yang tinggi”. Tetapi para malaikat
yang lain kurang setuju. Lalu malaikat kedua berkata, “Latakkan
di dasar samudera”. Usul itupun kurang disepakati. Akhirnya
malaikat ketiga membisikkan usulnya. Ketiga malaikat langsung
sepakat. Malam itu juga ketika semua orang sedang tidur, ketiga
malaikat itu meletakkan kebahagiaan di tempat yang dibisikkan
tadi.
Sejak hari itu kebahagiaan untuk manusia tersimpan rapi di
tempat itu. Rupanya tempat itu cukup susah ditemukan. Dari
hari ke hari, tahun ke tahun, kita terus mencari kebahagiaan.
Kita semua ingin menemukan kebahagiaan.
Kita ingin merasa bahagia. Tapi dimana mencarinya?
Ada yang mencari kebahagiaan sambil berwisata ke gunung,
ada yang mencari di pantai, Ada yang mencari ditempat yang
sunyi, ada yang mencari ditempat yang ramai. Kita mencari rasa
bahagia di sana-sini: di pertokoan, di restoran, ditempat ibadah,
di kolam renang, di lapangan olah raga, di bioskop, di layar
televisi, di kantor, dan lainnya. Ada pula yang mencari
kebahagiaan dengan kerja keras, sebaliknya ada pula yang
bermalas-malasan. Ada yang ingin merasa bahagia dengan
mencari pacar, ada yang mencari gelar, ada yang menciptakan
lagu, ada yang mengarang buku, dll.
Pokoknya semua orang ingin menemukan kebahagiaan.
Pernikahan misalnya, selalu dihubungkan dengan kebahagiaan.
Orang seakan-akan beranggapan bahwa jika belum menikah
berarti belum bahagia. Padahal semua orang juga tahu bahwa
menikah tidaklah identik dengan bahagia.
Juga kekayaan sering dihubungkan dengan kebahagiaan.
Alangkah bahagianya kalu aku punya ini atau itu, pikir kita. Tetapi
kemudian ketika kita sudah memilikinya, kita tahu bahwa benda
tersebut tidak memberi kebahagiaan.
Kita ingin menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan itu diletakkan
oleh tiga malaikat secara rapi. Dimana mereka meletakkannya?
Bukan dipuncak gunung seperti diusulkan oleh malaikat
pertama. Bukan didasar samudera seperti usulan malaikat
kedua. Melainkan di tempat yang dibisikkan oleh malaikat
ketiga.
Dimanakah tempatnya??? ada yang tahu???
Tempatnya adalah di “ hati yang bersih”
.............................. Willy Hunter  (dr. Sudarmono, 2011)

Selasa, 22 November 2011

Konvergensi Indonesia ke IFRS: apa dan mengapa?



Pada bulan Desember 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan konvergensi PSAK ke IFRS secara penuh pada tahun 2012. Sejak tahun 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan - Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) melaksanakan program kerja terkait dengan proses konvergensi tersebut sampai dengan tahun 2011.

Ditargetkan bahwa pada tahun 2012, seluruh PSAK tidak memiliki beda material dengan IFRS yang berlaku per 1 Januari 2009. Setelah tahun 2012, PSAK akan di-update secara terus-menerus seiring adanya perubahan pada IFRS. Bukan hanya mengadopsi IFRS yang sudah terbit, DSAK-IAI juga bertekad untuk berperan aktif dalam pengembangan standar akuntansi dunia.
International Financial Reporting Standards (IFRS) memang merupakan kesepakatan global standar akuntansi yang didukung oleh banyak negara dan badan-badan internasional di dunia. Popularitas IFRS di tingkat global semakin meningkat dari waktu ke waktu. Kesepakatan G-20 di Pittsburg pada tanggal 24-25 September 2009, misalnya, menyatakan bahwa otoritas yang mengawasi aturan akuntansi internasional harus meningkatkan standar global pada Juni 2011 untuk mengurangi kesenjangan aturan di antara negara-negara anggota G-20.
Terlepas dari trend pengadopsian IFRS tersebut, adalah suatu keharusan bagi kita untuk mempertanyakan secara kritis, apa sesungguhnya hakikat dari konvergensi. Melalui partisipasi global, IFRS memang diharapkan menjadi standar akuntansi berbasis teori dan prinsip yang memiliki kualitas tinggi. Penerapan standar akuntansi yang sama di seluruh dunia juga akan mengurangi masalah-masalah terkait daya banding (comparability) dalam pelaporan keuangan. Yang paling diuntungkan sudah jelas, investor dan kreditor trans-nasional serta badan-badan internasional.
Tapi apakah konvergensi ke IFRS tidak menimbulkan masalah di tingkat domestik masing-masing negara? Belum lama ini otoritas keuangan dan pasar modal AS memunculkan isu kedaulatan regulasi. Beberapa negara lainnya juga mengkhawatirkan pengaruh IASB yang semakin dominan.
Dalam konteks Indonesia yang memiliki segudang masalah domestik, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah yang perlu dijawab dan diteliti secara cermat. Sebagai contoh, bagaimanakah dampak konvergensi terhadap implementas ACFTA yang efektif per Januari 2010? Bagaimanakah dampaknya terhadap bisnis mikro, kecil, dan menengah? Sejauh manakah regulasi keuangan dan pasar modal akan terpengaruh dengan adanya konvergensi ke IFRS?
Pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah tersebut tentu saja hanya sebagian. Semakin luas dan dalam kajian dan penelaahan sangat mungkin akan memunculkan pertanyaan dan masalah lainnya.
Hal inilah sepertinya yang mendorong IAI, khususnya DSAK, meminta keterlibatan lebih intensif dari kalangan akademisi dan universitas dalam mengkaji isu-isu terkait IFRS (Berita IAI,,26 Januari 2010). Dalam sebuah seminar yang dilaksanakan di Bandung belum lama ini, Ketua DSAK-IAI menyoroti fakta bahwa belum semua perguruan tinggi di Indonesia memiliki unit gugus tugas (task force), atau lembaga khusus, yang bertugas memantau perkembangan ekonomi dan dinamaika penyusunan standar akuntansi dan pelaporan keuangan di kancah internasional (Pikiran Rakyat Online, 15 Februari 2010).http://www.warsidi.com/2010/02/konvergensi-indonesia-ke-ifrs-apa-dan.html

Kamis, 20 Oktober 2011

Pragmatisme dalam Perkuliahan


Pragmatis merupakan istilah yang digelarkan kepada orang yang melakukan sesuatu demi mencapai tujuan-tujuan praktis (biasanya jangka pendek). Kata pragmatis biasanya sering dilawankan dengan kata idealis. Istilah ini sering digelarkan kepada orang-orang yang ‘kekuasaan oriented’.

Saya, bukan orang yang anti-pragmatisme, dalam konteks tertentu. Justru tidak jarang pragmatisme ini membangkitkan semangat. Mengapa? Karena dengan ini, tujuan idealis yang biasanya abstrak itu berubah menjadi jelas, konkret, nyata, sehingga terukur. Ingat, motivasi itu lahir berkat jelasnya tujuan dan jelasnya jalan akan ditempuh.

Idealnya, kuliah merupakan sarana kita mendapatkan ilmu, bukan nilai.
Tetapi pada prakteknya, nilai menjadi lebih penting. Nilai lah parameter kesuksesan belajar seseorang.
Nilai lah yang membuat orang diterima kerja.Nilai lah yang membuat ‘harga diri’ mahasiswa meninggi.
Soal-soal ujian pun disusun tanpa berfungsi untuk mengeksplorasi kemampuan mahasiswa dalam menyerap ilmu,tetapi hanya untuk uji intelektualitas belaka.
Bahkan tidak semua ilmu (baca: mata kuliah) kita butuhkan. Jadi, kuliah memang hanya untuk mencari nilai (dan gelar, tentu saja). Adapun ilmu bisa kita cari dengan cara lain. Padahal jika di dunia kerja orang naik pangkat/strata apakah ada penilaian pada pekerja dengan nilai 100,90 atau A,B,C kan ga ada toh...(la jadi kaya kuis/lomba cerdas cermat)^okelah yang jelas harus punya prinsip aja deh kita kuliah/sekolah mau cari apa seh..cari ilmu (OK), cari nilai (Boleh), cari gelar (Noway), cari jodoh (????? )hehe

Jangan sampai tujuan mencari ilmu (sebagai idealisme) kita abaikan. Pragmatisme yang kita anut jangan sampai melenceng dari rel-rel idealisme. Pragmatisme yang idealis, katakanlah seperti itu. Mengejar nilai memang harus, tetapi dalam mencari ilmu, kita harus lebih semangat.Karena ilmu itu lah yang lebih banyak terpakai dalam mewujudkan cita-cita kita. Dan nilai (serta gelar) bukanlah sesuatu yang urgent dalam proses pewujudan cita-cita hidup,melainkan untuk kebanggaan dan kepuasan belaka.(SEMOGA)SalamMario Wiran (


Mario Wiran), 2011

Rabu, 19 Oktober 2011

TKI Majikan Pemerintah RI

30 TKI Terancam Hukuman Gantung di Malaysia Mataram - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia mencatat, hingga 30 Maret, 30 orang TKI masih terancam hukuman gantung di negeri jiran itu. Namun KBRI menjanjikan jika vonis berkekuatan hukum tetap, akan diupayakan permintaan pengampunan kepada Yang Dipertuan Agung Malaysia."Laporan resmi memang belum kami terima. Tapi sementara hingga 30 Maret lalu, jumlah mereka yang terancam hukuman mati masih 30 orang TKI," kata Atase Ketenagakerjaan KBRI Malaysia, Agus Triyono, di Mataram, Sabtu (2/4/2011) sore.Agus berada di Mataram menyosialisasikan Peraturan Penempatan dan Perlindungan TKI pada anggota Asosiasi Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja (APJATI) NTB. Sosialisasi dilakukan di kawasan wisata Senggigi, Lombok Barat.Agus mengatakan, akhir 2010 lalu, masih ada 177 TKI di Malaysia yang terbelit kasus hukum dengan ancaman hukuman gantung. Mereka umumnya terlibat kasus pidana yang berujung pada kematian warga Malaysia.Menurut Agus, pembelaan maksimal dari KBRI telah memungkinkan sebagian dari TKI itu terbebas dari hukuman gantung."KBRI berkomunikasi intensif dengan mahkamah di Malaysia. Kami juga menyewa pengacara Malaysia yang handal untuk mereka terancam hukuman mati," kata Agus.Hasilnya kata dia, meski sudah ada yang mengantongi vonis dengan kekuatan hukum tetap, hingga kini belum ada TKI yang telah dieksekusi.KBRI juga terus mengupayakan pengampunan pada Yang Dipertuan Agung Malaysia, bagi TKI yang vonisnya berkekuatan hukum tetap. Selama tahun 2010, empat orang TKI telah diampuni."Sistem hukum di Malaysia memungkinkan itu. Selama tahun 2010, ada empat TKI kita yang sudah divonis hukuman gantung, berhasil mendapat pengampunan," katanya.Yang terbaru kata Agus, TKI yang terancam hukuman gantung dan dalam proses persidangan di Malaysia Barat adalah Walfida Soik, warga Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Jaksa mendakwa Walfida membunuh majikannya.( Ardhy Effendhy, 2011)

Debt Colector Marak, Hukum Perdata Gagal

Sebagaimana yg dilangsir oleh VIVAnews - Semakin brutalnya aksi debt collector saat menyelesaikan masalah dengan para nasabah bank, membuat praktek ini mengarah kepada tindakan teror. Bahkan, praktek ini telah menewaskan Sekjen PPB, Irzen Octa, setelah utang kartu kreditnya ditagih debt collector Citibank. Baca kronologinya di sini.Pengamat sosial Radhar Panca Dahana menganggap cara-cara seperti itu sudah berlebihan dan harus segera dihapuskan. "Debt collector harus dihapuskan, sudah teror itu," ujarnya di Jakarta, Sabtu,2 April 2011.Radhar menambahkan, keberadaan debt collector merupakan indikator dari tidak berjalannya hukum perdata di Indonesia. Semestinya, masalah utang piutang bisa dituntaskan di tataran keperdataan."Debt collector itu menandakan hukum perdata tidak berjalan. Kalau perdata itu kan persoalannya bisa bayar utang atau tidak," tuturnya.Menurut budayawan ini, adanya utang dan tagihan kartu kredit adalah sebuah risiko bisnis yang harus dijalani dalam hal ini pihak bank. Ke depan, dia minta agar dunia perbankan lebih waspada dan cermat dalam menyikapi keberadaan debt collector."Jangan sembarangan kasih kartu kredit di mal-mal, itu kan sembrono," ujar Radhar.Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal PPB, yang juga Ketua Tim Advokasi kasus ini, Doni Baharudin, menyatakan akan meminta pertanggungjawaban secara institusi kepada Citibank terkait meninggalnya Sekjen PPB Irzen Octa di kantor Citibank di Gedung Jamsostek, lantai 5, Jakarta Selatan."Kami akan mengawal kasus ini dan akan menggugat secara perdata kepada Citibank," ujarnya saat menggelar keterangan pers di DPP PPB di Jakarta Pusat, Jumat kemarin.Terkait kasus ini, manajemen Citibank menyerahkan sepenuhnya kepada kepolisian. "Polisi sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus ini, dan tidak pantas bagi kami memberikan komentar lebih lanjut atas kasus ini," ujar Country Corporate Affairs Head Citi Indonesia, Ditta Amahorseya, dalam surat elektronik kepada VIVAnews ( Ardhy Effendhy,2011)

PERTUMBUHAN PAJAK SANGAT BAIK TAHUN 2023

          Pajak merupakan kontribusi wajib pajak negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang...